Gubernur Sumut, Minta YKI Sosialisasikan Kanker Kepada Masyarakat

SUARA INDEPENDEN.COM, MEDAN- Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Tengku Erry Nuradi meminta Yayasan Kanker Indonesia (YKI) terus-menerus menyosialisasikan tentang penyakit pembunuh terbesar manusia setelah penyakit jantung.
 
“Masyarakat luas harus sadar dan diberi pemahaman pentingnya deteksi dini tentang bahaya dan bagaimana penanganan penyakit kanker. Ini salah satu bagian tugas dari YKI," ujar Gubsu ketika menerima kunjungan pengurus YKI Sumut di kantor Gubsu di Medan, Senin (08/05/2017).
 
Apalagi saat ini, lanjut Gubsu, banyak yang penanganannya terkesan sudah terlambat karena kurangnya informasi sejak dini sebelum tahap yang membahayakan."Karena banyak sekali kasus, penyakit kanker terdeteksi setelah mencapai stadium tinggi, empat atau lima. Tentunya ini sudah sangat sulit untuk diobati," ungkap Gubsu.
 
Dengan demikian, lanjut Gubsu, sosialisasi yang dilakukan YKI kepada masyarakat setidaknya dapat membantu agar penyakit kanker bisa diketahui dan ditangani sejak awal sehingga masih memungkinkan untuk diobati."Karena itulah fungisi  YKI ini juga akan memberikan sosialisasi. Berharap agar bagaimana masyarakat kita benar-benar terinformasi dengan baik tentang apa yang menjadi penyebab dan bagaimana cara mengatasinya," jelas Erry.
 
Sementara itu, Sekretaris YKI Sumut T Ibnu mendampingi Ketua Evi Diana Erry Nuradi mengatakan bahwa yayasan ini sudah ada di Kota Medan sejak 1998. Di mana organisasi non profit tersebut, fokus kepada langkah promotif dan preventif. Bagaimana bahaya kanker ini bisa dipahami masyarakat luas."Jadi bagaimana kita mempromosikan supaya kanker itu, jangan sampai orang kena kanker dan tidak melakukan tindakan pemeriksaan sendiri," sebutnya.
 
Inu menambahkan, bahwa YKI dalam kegiatannya juga sering melakukan penyuluhan ke daerah-daerah termasuk memberikan tindakan papsmear gratis. Sementara untuk dananya mereka biasanya mendapat bantuan dari pihak tidak terikat. Termasuk pihaknya berharap bantuan dari Pemprov Sumut yang ditampung di APBD.
 
"Rencananya kami ingin punya rumah singgah. Dan sekarang ini pasien-pasien kanker itu mereka biayanya cukup tinggi, sehingga terkadang kami kirim ke tempat lain," pungkasnya.