Bahaya Budaya Barat Terhadap Budaya Lokal yang dikemas lewat Konser





SUARA INDEPENDEN. COM- budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 


budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.


bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.

menurut selo soemardjan, dan soelaiman soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.indonesia yang memiliki banyak suku bangsa dengan perbedaan-perbedaan kebudayaan, yang tercermin pada pola dan gaya hidup masing-masing.


menurut clifford geertz, di indonesia terdapat 300 suku bangsa dan menggunakan kurang lebih 250 bahasa daerah.akan tetapi apabila ditelusuri, maka sesungguhnya berasal dari rumpun bahasa melayu austronesia. 

kriteria yang menentukan batas-batas dari masyarakat suku bangsa yang menjadi pokok dan lokasi nyata suatu uraian tentang kebudayaan daerah atau suku.


Sedikit banyaknya uraian yang telah diterangkan di atas, dapat kita sadari bahwa begitu banyak kebudayaan indonesia, yang sangat bisa kita serap dan ambil hikmah untuk dipelajari sebagai pijakan falsafah hidup manusia. Dan sebagai mahasiswa tentunya kita berkewajiban untuk menjaga demi keberlangsungan kebudayaan, terlebih dari ancaman-ancaman kebudayaan yang dapat merusak apalagi menghilangkan proses dan nilai-nilai yang tertanam dari sebuah kebudayaan.


Belakangan ini ada hal menarik yang ramai diperbincangkan dan layak dijadikan sebagai bahan kajian. Yaitu tentang *Polda Metro Jaya* yang menerbitkan surat izin keramaian *Konser Djakarta warehouse ( DWP ).* Konser tersebut akan banyak menyerap penonton kalangan muda indonesia, yang secara substansial sebenarnya konser tersebut sama sekali tidak memberikan pendidikan kebudayaan indonesia dan malah menghilangkan nilai-nilai luhurnya.

Argumentasi tersebut tentunya bukan tanpa dasar. Melainkan dalam budaya barat yang dikemas dalam bentuk konser tersebut diduga terdapat indikasi hanya akan menampilkan hal-hal yang bersifat *pornografi dan hura hura*, yang kesemuanya itu jelas akan mempengaruhi perkembangan dan menambah keruh kehidupan berkebudayaan kalangan muda indonesia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa DWP adalah budaya barat yang bisa dibilang tidak bermoral, tidak berakhlak, dan jauh dari unsur edukasi sehingga dapat membuat tergesernya konsep manusia dan kemanusiaan.

DWP  adalah kebudayaan mereka, sebuah kebudayaan barat yang tidak perlu di tiru atau di ikuti, menurut saya konser tersebut dapat membahayakan prisip budaya keindonesiaan kita, dan sangat miris di lihat nya.

Selaku anak bangsa saya menolak keras model model capital pengembang djakarta warehouse projeck DWP itu, yang mau merusak tatanan kehidupan masyarakat Indonesia.

Budaya barat yang memiliki gaya liberal tentunya tidak menguntungkan bagi bangsa Indonesia dan sangat tidak ada relevansinya dengan konsep kebudaayaan indonesia. Maka dari itu sebagai warga Indonesia yang ingin memiliki rasa kepedulian terhadap budaya, tentu saja kami tidak mau menjadi korban.

Sebagai solusi, kita mahasiswa, pemuda dan seluruh masyarakat diharapkan mampu menjaga keutuhan Negara ini, dengan menjaga budayanya dari serangan liberalisasi budaya barat yang membahayakan bagi kalangan muda indonesia.

Meskipun begitu, terdapat kejadian yang tidak kalah Ironisnya. Yaitu ketika PEMPROV DKI JAKARTA, DAN POLDA METRO JAYA, malah membuka peluang bagi asing untuk masuk mempengaruhi budaya aseli, lewat pemberian izin keramaian kepada PT IMAYA GROUP. Dan saya sebagai generasi muda bangsa ini sangat menyayaangkan jika konser DWP ini akan tetap berjalan.


Maka saya rekomendasikan kepada pihak terkait untuk perlu kiranya kegiatan tersebut dievaluasi dan ditinjau kembali bahkan bila perlu langsung di hentikan karna tidak ada untungnya untuk kepentingan umat dan bangsa.

Apalagi saat ini sudah ada ungkapan dari masyarakat atas ketidakpuasan dan mengingikan untuk menolak kegiatan tersebut.


DWP dinilai hanya menambah beban, dengan menambah rentetan proses pembodohan budaya terhadap umat islam dan bangsa indonesia.

Kegiatan projack DWP menjadikan anak-anak SMP dan SMA untuk terlibat dan menjadi target acara tersebut yang isinya hanya hura-hura, evoria, dll, sehingga siswa SMP dan SMA serta generasi muda lainnya menjadi korban akulturasi budaya liberal barat.

Harapan saya semoga pemerintah propinsi DKI jakarta dapat memberhentikan dan mencabut izin keramaian festival konser DWP tersebut karna keuntungan bagi pemerintah tidak lebih besar dari kerugian akibat akulturasi kebudayaan liberal yang mengancam kehidupan indonesia kedepannya.



Ditulis Oleh: SALIM WEHFANY
Mahasiswa Fakultas Hukum universitas Bung Karno.

Rasa cinta bersama Kopi Hitam☕


Jakarta 10 desember 2017
Editor: M. Rifai