Foto: Moh, Zulsaddam Nasution |
SUARA INDEPENDEN.COM,JAKARTA- Belakangan ini, isu
terorisme cukup mengganggu dan menodai kenyamanan dunia. Banyak
dari orang islam yang dituduh sebagai Irhabi (teroris), dan mereka
sangat menolak tuduhan itu. Padahal, kata terorisme itu sendiri belum
dimengerti dengan baik dan benar oleh mereka segelintir orang-orang islam
maupun orang-orang yang suka menuduh terorisme.
Kata Irhab yang selalu dimaknai terorisme sebetulnya telah
termuat dalam sejumlah ayat al-Qur’an, tiada lain karena Allah menyatakan :“Tiadalah kami alpakan sesuatupun di dalam al-Qur,an” (QS. Al-An’am : 38).
Kata irhab berakar dari kata rahb yang artinya kegentaran dan atau rasa takut, maka kata irhab adalah upaya menakuti dan menggentarkan sebagaimana firman Allah :“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan yang kamu sanggupi dan dengan ribath al-khail kamu mengetarkan musuh Allah dan musuhmu” ( QS. Al-Anfal : 60).
Ayat
diatas sama sekali tidak menunjukkan bahwa umat islam adalah umat yang
terorisme persfektip versi Amerika, versi al-Qaeda, atau versi-versi lainnya.
Mereka memahami terorisme sebagai tindak perusakan yang tak senonoh. Padahal,
para nabi dan rasul tidaklah ter-utus kecuali untuk menebar-kan kedamaian dan
kasih sayang di alam raya.
Pada
waktu yang sama, Islam adalah agama yang Rahmatan lil-alamin dan buka
hanya lil-muslimin. Maka, ketika orang-orang mukmin menyerang, memerangi
dan membunuh orang-orang kafir, disaat yang sama hasil dari peperangan itu
adalah hampa dan tidak ada untungnya meskipun secara kasat mata orang mukmin
yang menang. Sebab, orang-orang kafir diciptakan Allah SWT. bukan untuk
dibunuh, melainkan diberi petunuk dan dijadikan sebagai obyek dakwah dengen
realisasi hikmat dan mau’izah hasanah
Allah
SWT. hanya memerintahkan untuk melakukan penggentaran seperlunya dan
semampunya terhadap orang-orang yang jelas-jelas memusuhi Islam. Bukan dengan
membunuh mereka, apalagi membunuh semua orang yang ada. Penggetaran itupun
dimaksudkan untuk menunjuki mereka kejalan yang benar dengan cara
memperlihatkan kekukuhan dan persatuan umat Islam sehingga mereka takut dan
menyerah dari peperangan. Allah selanjutnya berfirman :
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka kamupun codonglah kepadanya dan
bertawakallah kepada Allah” " (QS. Al-Anfal : 61)
Jadi
terorisme yang tepat, positif dan obyektif ialah melakukan semacam penggentaran
dengan menunjukkan persatuan dan kekukuhan agar musuh-musuh tidak menyerang dan
mau berdamai. Sedangkan terorisme yang salah kaprah ialah apa yang terjadi
akhir-akhir ini!. Melakukan terorisme dengan baik dan benar dapat juga
menyelamatkan komunitas muslim yang tertindas dibawah kekuasan dan kekejaman
orang kafir sehingga mereka dapat menampakkan keislaman mereka sekaligus
menikmatinya.
Saidina
Umar bin al-Khattab Ra. adalah sahabat yang pernah melakukan terorisme positif
tersebut. Yaitu ketika orang-orang Islam berjalan melewati kota Makkah yang
dipimpin Rasulullah Saw. Saidina Umar menghunus pedangnya untuk menakuti dan
menggetarkan sehingga tercegah dari gangguan dan serangan siapapun.
Sepanjang
perjalanan dan selagi pedang Saidina Umar terhunuskan, maka orang-orang kafir
di sekitar merasa ketakutan dan sembunyi dalam rumah-rumah mereka, dan
orang-orang tertindas memasuki Islam lalu bergabung bersama para sahabat.
Jenis
Irhab yang dilakukan Saidina Umar itu disebut dengan Irhab Waqa’i
(Terorisme preventif) yang jauh dari anarkisme dan pertumpahan darah. Coba
kalau Saidina Umar tidak melakukannya saat itu, bisa jadi orang-orang kafir
akan mengganggu dan menghalangi perjalanan umat Islam, dan disitulah terjadi
anarkisme yang tidak diinginkan.
Irhab
yang
dicontohkan Saidina Umar diatas dapat juga dinamakan Irhab al-Irhab
(Menteror terorisme), sebab orang cerdas akan menemukan perbedaan jelas
antara terorisme teroris terhadap umat manusia, dan terorisme aparat militer
terhadap para teroris.
Ditulis Oleh: Moh. Zulsaddam Nasution
Lahir: Ujung Batu,18 Oktober 1994
Mahasiswa UIN Jakarta, Semester 5 Fakultas Ushuluddin, Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Kamis, 06 Oktober 2016
Editor: Ginanda