Syukur itu Kuncinya

Foto: khusnul Khotimah
SUARA INDEPENDWN.COM, JAKARTA- Apa yang akan kita lakukan untuk menyambut pagi hari?
Bahwasanya  Rasulullah SAW telah mengajarkan kita do’a-do’a  syukur pada kondisi yang tepat, yaitu di pagi hari. Saat kita akan menjalani kehidupan dan di saat fikiran kita masih fresh.

*    Memulai hari dengan syukur menstimulasi  pikiran untuk menciptakan hal-hal positif pada diri kita dan bagi kesuksekan yang akan datang.
*    Memulai hari dengan syukur dapat membungkus persoalan-persoalan hidup dengan menjadikan kita lebih berfikir dewasa dan bertindak bijaksana.
*    Memulai hari dengan syukur dapat mengkondisikan pikiran dan hati kita menjadi jernih, ketika kita bersyukur di pagi hari energinya akan memancar, menekan, dan membuat ringan segala tantangan yang akan kita hadapi, hati yang penuh syukur ketika menyongsong hari baru akan mendapat kesegaran, kesehatan, keberanian dan kebahagian.

Seperti apa itu Syukur???
Syukur itu berati mengakui bahwa segala hal, segala nikmat adalah karunia dari Allah Swt. Syukur  juga berati memanfaatkan semua karunia dan kebaikan tersebut untuk hal-hal yang baik, yang di ridhoi dan sesuai dengan perintah Allah Swt, Syukur mengajarkan kita bahwa segala apapun harus dikembalikan kepada Allah Swt.

Allah berfirman dalam Q.S An-Nahl (16) ayat 18 Juz  14.
“ Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh Allah Maha pengampun dan Maha penyayang ”.

Syukur itu nikmat
Iman Hasan al- Bashri berkata: Allah Swt memberikan nikmat sekehendaknya, apabila nikmat itu disyukuri maka Allah akan melipat gandakan sebaliknya apabila nikmat itu tidak disyukuri Allah akan merubahnya menjadi azab yang pedih.

Seperti firman Allah dalam  Q.S  Ibrahim (14) ayat 7 Juz 13
“ Dan ingatlah ketika Allah  memberitahukan “sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya aku (Allah) akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu menginkari nikmat-Ku maka azabku sangat pedih ”.
Ibnu Abi Dunya juga menyebutkan dari Ali bin Abi Tholib RA bahwa beliau berkata kepada seorang Hamadzan, “Nikmat itu tercapai berkat syukur dan syukur berkaitan dengan nikmat tambahan. Keduanya bertalian erat dalam satu simpul sehingga nikmat tambahan yang Allah berikan tidak akan terputus sebelum syukur terputus dari hambanya.

Secara fisik orang yang banyak bersyukur lebih teratur dalam mengelola kehidupannya seperti rajin berolahraga, makan dengan dengan apa yang ada namun masih mengutamakan gizi, pola tidur teratur meski kesibukan segudang dan menguras banyak energi.

Secara psikologis orang yang bersyukur bersikap lebih dinamis, bijaksana dalam bertindak dan berucap, gembira, semangat, mudah memaafkan, mudah bahagia, dan mempunyai harapan baik untuk masa depan.

Secara sosial orang yang bersyukur lebih asyik dan menyenanagkan ketika bergaul, tidak mudah pasang status mengeluh ketika dihadapi banyak masalah, suka membatu orang lain karena mempunyai empati yang tinggi, dan murah hati.

4 kategori manusia terkait pemahaman mengenai syukur.
Manusia pertama:
Manusia dengan pemahaman “Rezeki hasil itu dari Allah Swt dan hasil kerja saya”. Manusia dengan pemahaman ini tidak akan pernah bersyukur . lebih bahayanya lagi kita dapat terjebak syirik . letak syiriknya dengan meletakkan usaha dan takdir pada kedudukan seimbang.

Manusia kedua:
Manusia dengan pemahaman “Rezeki dari Allah swt, dicari atau tidak dicari, kalau dapat ya dapat , kalau tidak ya tidak”. Manusia dengan pemahaman ini dapat terjebak dalam kemunafikan. Efeknya muncul pribadi-pribadi yang malas padahal Allah tidak akan merubah suatu kaum (manusia) jika kaum tersebut tidak berusaha mengubahnya.

Manusia ketiga:
Manusia dengan pemahaman “Rezeki dari Allah Swt, menjadi milikku dan aku berhak menggunakan sesuka hatiku”. Manusia dengan pemahaman ini dalam menggunakan rezekinya lebih menuruti hawa nafsunya. Orang seperti ini paling banyak di antara manusia karena tidak bersyukur dan berambisi dalam melakukan sesuatu.

Manusia keempat:
Manusia dengan pemahaman “Rezeki dari Allah Swt, usaha hanya menjadi sebab dan lantaran atas rejeki tersebut”.  Manusia dengan pemahaman seperti kini dalam membelanjakan rezekinya sesuai ketentuan Allah Swt. mereka di sebut orang-orang mukmin yang bersyukur karena manusia yang memiliki pemahaman seperti ini cenderung lebih optimis dan bahagia dalam menapaki kehidupannya.

Allah berfirman dalam Q.S At-talaq 65 ayat 3 Juz 28
“Dan  dia (Allah)  memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupi keperluan hambanya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-NYA. Sungguh Allah telah menggadakan ketentuan bagi setiap sesuatu


Ditululis Oleh: Khusnul Khotimah
Mahasiswa, IAIN Salatiga

Jumat, 16 Desember 2016
Editor: M.Tarmizi