Manusia Setiap Hari Selalu Berpikir

Foto: Gerardin Ferrari
SUARA INDEPENDEN.COM, JAKARTA- Kenapa manusia disebut makhluk berpikir? Karena sejak lahir manusia sudah berhadapan dengan segudang tanda tanya seperti kenapa iya menangis ketika dilahirkan.. pertanyaan itu merupakan buah keheranan manusia saat ia melihat seorang bayi dilahirkan. Tidak sedikit pertanyaan muncul seakan lahir hingga seorang manusia mengetahui baik-buruk dalam kehidupannya pertanyaan-pertanyaan itu muncul lebih banyak disebabkan oleh ketidakpuasan manusia dalam kehidupannya.. ketidakpuasan dalam mencari sesuatu yan diinginkan menyebabkan timbulnya pertanyaan untuk membuat manusia berpikir melakukan pengamatan, penelitian dan penyelidikan.

Fransisco ose Moreno mengatakan, kemampuan berpikir memakasa kita untuk menghadapi suatu persoalan yan sulit dipecahkan.  Kemampuan membuka dan pemikiran baru dengan jalan memperbolehkan akal untuk melakukan penelitan rasional, namun sekaligus juga menghalangi munculnya berbagai kemungkinan yang membuat kita enggan, karena melalui kesadaran akal kita tahu adanya ketidakpastian hidup dan dari hasil penyeledikan yang berujung pada pencarian keselamatan dan ketentraman; kemudian diambil manfaat yang paling tepat guna diantara keduanya. Kemampuan kita untuk memperoleh hal-hal yang baru dibatasi oleh kecenderungan untuk selalu melihat itu sebagai suatu cara yang tidak jauh berbeda dengan kehidupan kita yang selalu berjalanan naik-turun, yakni hanya ssebagai alat untuk menekan naluri dasar rasa takut.

Kesadaran tentang suatu kenyataan bahwa pilihan itu memang ada di hadapan kita yang tidak mungkin ada tanpa adanya akan pikiran. Dengan akal pikiran, kita sadar bahwa di sana ada perbedaan cara pemahaman terhadap sesuatu hal serta mengetahui adanya sejumlah kemungkinan pilihan di dalam cara bertindak dan bertingkah laku. Aktivitas berpikir maksa kita melihat jika kita menggunakan otak untuk tujuan seperti yang di maksud, bukannya untuk membenarkan tindakan dan tingkah laku kita sendiri bahwa cara kita, bagaimanapun wujud cara tersebut adalah hanya merupakan salah satu dari sekian banyak cara yang mungkin. Jika kita bertindak dalam hubungannya dengan sekian banyak cara yang mungkin, tidak begitu banyak menyangkut diri kita.

Kemampuan akal manusia tidak sanggup mengontrol dan mengawasi pengaruh-pengaruh dan akibat-akibat sampingan daripada naluri rasa takut manusia yang sudah dibawa sejak awal penciptaannya. Dengan demikian, akal malah berbalik menjadi suatu alat yang menimbulkan rasa takut tersebut, karena manusia menggunakan kemampuan berpikirnya lebih banyak untuk merasionalisasikan (memperoleh pengesahan dan pengayaan dari akal) apa yang diperbuat daripada memikirkannya secara mendalam. Kekuatan akal harus dimanfaatkan untuk membuka peluang meraih prestasi dalam setiap profesi.

"Oleh karena itu, akal pikiran manusia lebih banyak bertindak sebagai sarana pembenar dan pengesah perbuatan dan perilaku daripada sebagai pendorong timbulnya perbuatan. Manusia tidak dapat berbuat dan melakukan pekerjaaan di luar keputusan dan keyakinan rasional sebagaimana juga tidak dapat melepaskan diri dari naluri rasa takut. Manusia menggunakan akal pikiran untuk menyusun keterangan yang memuaskan mengenai seluruh tindak perbuatannya, sehingga dengan demikian dapat menolong dirinya menyembunyikan keadaan yang sebenarnya.

Manusia yang normal tentu setiap detik akan berpikir tentang berbagai hal. Tentang kehidupan keluarga, bisnis, tentang hubungan dengan masyarakat dan lain-lain. Tidak bisa dikatakan normal apabila manusia itu berusaha menghindarkan dari suatu permasalahan karena tidak mau berpikir bagaimana jalan keluarnya.

Semenjak kecil kita selalu berpikir, setiap hari kita selalu berbicara di dalam batin kita. Apakah ini benar, mengapa sampai begitu lalu kita bisa menarik kesimpulan dari berbagai pertimbangan yang ada. Atau bila persoalan yang berkecamuk dalam batin kita itu tidak dapat kita pecahkan, maka kita cetuskan pada orang lain untuk meminta saran-sarannya,

"Banyak orang yang mengalami gangguan kejiwaan karena terlalu banyak terlalu banyak memikirnya masalah yang merongrong dirinya. Karena masalahnya itu selalu berkecamuk dalam batinnya, dan mereka tak mau meminta jalan keluar pada orang lain, maka akhirnya terjadi lelah rohani yang kemudian bisa timbul stress pada dirinya.

Setiap harinya kecelakaan di jalan raya selalu meningkat, bahkan korban yang mati akibat benturan kepalapun jumlahnya semakin meledak. Memperhatikan kejadian yang mengkhawatirkan tersebut maka timbul pemikiran bagaimana menekan kematian akibat kecelakaan benturan kepala. Lalu dicetuskannya. Bahwa setiap pengendara sepeda motor diwajibkan untuk mengenakan helm perlindungan kepala.

Remaja yang baru luls ujian dan tidak melanjutkan sekolahnya pun selalu berpikir bagaimana caranya agar dia mendapatkan pekerjaan sesuai dengan ijazah yang dimiliki, setiap hari selalu berpikir tentang pekerjaan yang diidam-idamkan.

"Seorang pengusaha yang perusahaannya mulai memberi tanda-tanda akan bangkrut, tentu akan berpikir mengapa perusahaan ini menjadi bangkrut, bagaimana cara mengatasinya, kalau benar-benar bangkrut apa yang harusnya dikerjakan selanjutnya.

"Jadi, setiap manusia yang mempunyai akal sehat tentu setiap hari terjadi konflik batin. Akan berangkat tidur berpikir, bangun tidur dan sampai tidur lagi selalu berpikir tentang kemajuan yang akan dicapainya.

Lihatlah si kecil yang beranjak mulai bisa melangkah, dia berusaha meraih mainan yang dipegang sang ibu dia berusaha sebisa-bisanya untuk mendapatkan mainan itu. Untuk memperoleh mainan yang dipegang ibunya itu. Sikecil pun bisa berpikir, bagaimana agar dia bisa mencoba melangkah. Pada kesimpulannya bahwa semenjak kecil kita tak akan pernah berhenti untuk berpikir.

Dengan berpikir secara akal yang sempurna maka pengetahuan yang kita terima melalui panca indra diotak-atik dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran, berpikir dengan baik, maka akan membuahkan hasil pikiran yang berarti.

Manusia menggunakan kecerdasan bukannya untuk pilihan yang berbeda yang senantiasa terbuka di hadapannya, tetapi menggunakan akal untuk membenarkan diri sendiri dan orang lain dalam seluruh tindak perbuatan yang dirasakan terpaksa harus mengerjakannya. Dengan demikian, maka manusia menjalani dan menelusuri seluruh kehidupan dengan secara terus menerus memuji dan menghargai ide kebebasan, suatu kebebasan sebenarnya tidak bisa terlepas dari kewajiban bertanggung jawab secara menyeluruh, baik dalam kehidupan manusia di dunia maupun di hadapan Allah SWT di akhirat.


Ditulis Oleh: Gerardin Ferrari
Lahir: Jakarta, 08 Januari 1993
Mahasiswa S2 Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta
Prodi: Ilmu Hukum


Selasa, 15 November 2016
Editor: Suharno